Pada suatu hari di Libur lebaran tahun 2007, saya mengajak kakekku yang baru datang dari Krian sebuah kota kecil di Jawa Timur, berjalan-jalan ke sebuah mall besar di Kota Bandung. Suasana mall yang cukup besar dan luas tersebut sangat ramai, karena di Mall ada sebuah Hypermarket asal Perancis. Kakekku itu ingin melihat seperti apa "Toko Kelontong Gedhe yang Segala Ada" demikian beliau menyebut hypermarket besar itu.
Setelah lelah berjalan-jalan dan berputar-putar di dalam mall, perut kami berdua mulai merengek minta diisi. Saya kemudian mengajak kakek ke gerai fast food "M" yang menyajikan burger. Karena penuh, maka kami terpaksa menunggu untuk mendapatkan tempat duduk. Sambil menunggu, saya bertanya pada kakekku itu, kira-kiranya apa yang hendak beliau pesan untuk disantap. Tanpa melihat daftar menu yang terdapat diatas kasir, beliau dengan mantap langsung menyebutkan "Ayam aja.. le", "Nggak mau nyoba Hamburger Mbah ?" tanyaku lagi... "Nggak le...udah si Mbah ayam aja" jawab si Mbah. Akhirnya, kami memesan ayam goreng krispi yang tampak sedikit hitam.
Esok harinya, Kakkeku itu mengajak jalan-jalan lagi, kali ini beliau saya ajak ke pusat elektronik terbesar di Kota Bandung. Setelah terheran-heran melihat "TV setipis triplek" dan terkaget-kager ketika dikejutkan oleh suara menggelegar yang keluar dari seperangkat High end Home Theatre, yang sedang didemokan, kemudian saya mengajak kakekku itu mampir ke sebuah
fastfood burger lagi, kali ini berinisial "W" yang berada tidak jauh dari tempat itu. Karena tidak begitu penuh, kami langsung dilayani oleh pelayannya. Ketika saya bertanya lagi hendak makan apa, sekali lagi dengan mantapnya kakekku menjawab, " Si Mbah ayam lagi ya le, tapi jangan yang kemelatak kayak kemarin.." "Lho, kemaren kan sudah ayam Mbah, mosok sekarang si Mbah mau ayam lagi ?" tanyaku mencoba untuk menawarkan alternatif. "Wes tho le, si Mbah ayam aja, soalnya si Mbah dari dulu sukanya Ayam..". Demikianlah, sekali lagi kami makan ayam goreng di resto cepat saji itu.
Dua hari kemudian, kami berjalan-jalan lagi, kali ini bersama sepupuku-sepupuku beserta Pakdhe dan Budeku yang datang menyusul dari Surabaya. Setelah berkeliling ke beberapa FO dan belanja brownies di sebuah toko kue terkenal di Jalan Dago Bandung, kami memutuskan untuk makan "Roti Italiano" di resto cepat saji "PH", yang berada di Jalan Dago. Karena resto itu sangat penuh, maka kami duduk-duduk di luar sambil menelaah daftar menu, mencoba untuk memilih kiranya topping apa yang cocok dengan selera kami sore itu. Ketika kakekku disodori daftar menu, dengan kening berkerut, beliau membalik-balik halaman demi halaman daftar menu itu dengan cepat, untuk kemudian disodorkan kembali kepada kami. "Ah, si Mbah kayaknya munek2 kalo makan yang beginian, si Mbah biasa saja lah... ayam aja seperti biasa, le". Lha, tentu saja kami menjadi bingung, karena di resto cepat saji yang satu ini tidak ada menu ayam, dan pada saat yang bersamaan, kami dipanggil masuk karena sudah ada meja yang kosong. Saya berembug sebentar dengan istri saya, pakde, budhe dan anak-anak. Akhirnya disepakati, kalau Istri, Pakde, Budhe, dan anak2 tetap makan di PH, sedangkan saya mengantarkan kakekku itu ke resto cepat saji "Sang Kolonel" yang berada tidak jauh dari PH. Tanpa bertanya lagi, saya langsung memesan 2 paket untuk saya dan kakekku itu. Setelah makan, tanpa diduga, ternyata kali ini kakekku minta tambah. Tidak tanggung-tanggung, si Mbah minta 2 dada ayam, dan langsung habis. Setelah "kelakaren" beberapa kali, sambil menepuk-nepuk perutnya, si Mbah tersenyum puas. "Nah kalo yang ini ayamnya enak. Si mbah suka ayam yang disini... uenak tenan..." ujarnya sambil tertawa... "Lha memang disini, jagonya ayam Mbah.." jawab saya sambil tertawa. "He ? Ayamnya ayam jago yang digoreng ??" tanya Kakekku sambil mengerutkan kening. Sebelum pulang, Si Mbah memintaku untuk membeli beberapa potong lagi, untuk dibawa ke rumah.
***
Fast food atau restoran cepat saji, mulai populer di Indonesia pada awal 1980-an. Sebagian besar fast food yang merambah pasar Indonesia berasal dari Amerika. Saat ini tercatat ada beberapa nama besar di dunia "Junk Food" Amerika, yang membuka gerai di Indonesia. Sebagai pelopor di Indonesia, adalah Ayam sang Kolonel, atau sering kita kenal sebagai "Kentucky Fried Chicken", meskipun di negara asalnya, gerai ini bernama "The Colonel". Pada jamannya, ketika gerai pertama Sang Kolonel buka di Jakarta, langsung menjadi trendsetter tersendiri ketika itu. Dulu sampai ada pendapat, belum gaul kalo belum makan di "Kentuki", demikian orang-orang dulu menyebutnya.
Bahkan setiap golongan masyarakat selalu menyempatkan dan "memaksakan" diri untuk bisa makan di resto cepat saji ini. Melihat animo masyarakat yang cukup besar terhadap gerai ayam cepat saji ini, direspon oleh beberapa pengusaha, dengan munculnya gerai-gerai serupa yang berusaha mengimitasi ayam "Kentuki" ini. Ada gerai yang memang berasal dari luar (biasanya dari Amerika), dan ada pula gerai lokalan, yang mengimitasi dengan memakai nama-nama kota di Amerika, seperti California, Texas, Washington, Chicago, dan Vegas. Seiring berjalannya waktu, beberapa bertahan, dan beberapa rontok. Namun, bagi sang pioneer, berkembangnya KFC, menjadi titik tolak perkembangan Fast Food di Indonesia, yang pada tahap berikutnya berhasil membuat image di setiap benak orang Indonesia (pada waktu itu) bahwa fast food adalah ayam. Ayam adalah fast food.
Disetujuinya aplikasi Mr. Bambang Rachmadi untuk mengageni waralaba McDonalds membawa babak baru dalam dunia fastfood Indonesia. Gerai pertama McD di Gd Sarinah Jakarta pada Februari 1991 sempat mengubah persepsi orang Indonesia, bahwa fastfood adalah ayam. Pada jaman itu, trendsetter adalah burger, BigMac, Cheese Burger, dan Beef Burger. Bukan lagi Original recipe, dan Crispy. Dan McD berjaya mengantarkan budaya Burger ke dalam menu masyarakat Urban di Indonesia. Kesuksesan McD ini ditunjang dengan murahnya harga burger McD saat itu, dan rasanya yang memberi pilihan baru bagi para penggemar fast food di Indonesia yang selama ini hanya disuguhi ayam dan ayam.
Namun, yang namanya Burger tentunya belum terlalu akrab dengan semua lidah orang Indonesia, dan budaya makan burger tentu saja belum terbentuk saat itu. Akhirnya manajemen McD berinisiatif untuk menambah menu, agar lebih banyak pelanggan dapat datang dan makan di gerai mereka. Pilihan mereka adalah : AYAM. Dengan pertimbangan, bahwa harga ayam saat itu masih terjangkau, dan masih menjadi menu favorit. Akhirnya, terjadilah sesuatu yang belum terjadi di McD manapun di dunia, McD menyuguhkan menu ayam di gerainya selain Burger. Dan karena persepsi yang sudah terlanjur terbentuk bagi orang Indonesia, bahwa Fastfood adalah ayam, maka kehadiran McD semakin populer dengan cepat, melalui menu barunya, McD Fried Chicken. Ketika Krisis Moneter dan jatuhnya nilai rupiah terhadap Dollar US mengacaukan perekonomian Indonesia, harga Burger McD yang saat itu sangat murah, tidak lagi dapat dipertahankan pada level "harga murah", dan burger McD pun menjadi mahal. Fried Chicken akhirnya malah menjadi sumber pemasukan utama, dan penyelamat bagi McD.
Masuknya beberapa nama Internasional ke dalam kancah franchise fast food di Indonesia seperti Arbys, A&W Burger, Burger King, dan Wendy's, yang semuanya adalah raja-raja Burger di negaranya, semakin meramaikan kancah fast food di Indonesia. Beberapa diantara mereka, menggunakan ide untuk menambah Menu Fried Chicken sebagai side menu, sebagai alternatif menu utama mereka, Burger. Walhasil, penjualan Fried Chicken di gerai-gerai fastfood yang sebetulnya tidak berspesialisasi pada ayam goreng menunjukkan angka yang memuaskan, bahkan jika dibandingkan dengan menu spesialisasi mereka. Mungkin anda juga sering mengunjungi gerai-gerai burger ini, dan mendapati bahwa sebagian besar pembeli lebih memilih fried chicken daripada membeli Burger. Hal ini semakin memantapkan image di dalam benak orang Indonesia, bahwa yang namanya fast food adalah Ayam Goreng...
***
Akhirnya, tiba juga waktu bagi Kakek, dan keluarga Pakdhe untuk pulang ke Krian. Saya mengantarkan mereka ke stasiun Bandung, karena mereka pulang ke Jawa Timur menggunakan KA. Argo Wilis. Di ruang tunggu Stasiun, si Mbah kasak-kusuk, kemudian berbisik di telinga saya, "Le, si Mbah pengen bawa bekel buat di sepur...keretanya kan sampe malem ya ?". "Monggo Mbah.." jawab saya. Dan kami pun menghampiri gerai Dunkin Donuts yang ada di ruang tunggu stasiun. "Silahkan, ada yang bisa dibantu Pak..." sapa sang pelayan dengan ramah, "Dik, saya minta ayam gorengnya ya dua... jangan yang kemelatak ya Dik..." jawab si Mbah dengan kalem...Tentu saja, sang pelayan langsung bengong. Dan saya hanya bisa tertawa. Oalaaaah si Mbah...si Mbah... !!!
Foto-foto didapat dari :
http://www.istockphoto.com/
http://chicago-typewriter.blogspot.com/